Bersenandung Bersama

BERSENANDUNG BERSAMA
Oleh Erick Hidayat

Salah satu yang terindah— yang terbias pada potret malam,
Yaitu; pada saat terang- benderangnya wajah bulan (purnama).
Salah-satu yang tak terlupa— yang tersirat pada bingkai hati ini,
Yaitu; pertama kali aku bertemu dan memandang matamu yang berbinar.

Kini, aku tengah duduk- bersandar di sebuah kota— penuh harapan,
bersama kata-katamu yang kian beterbangan di atas kepala.
Malam yang penuh bintang— bulan pun bersinar terang.
Hanya senyummu, satu-satunya yang kini terukir di balik gumpalan awan.

Di atas, — dari jendela kamarmu.
Aku melihat ada warna-warni kerdip sebuah bayangan—
perlahan merenangi wajah dan keanggunanmu.
Itu serangkaian bunga indah…
Aku kirimkan padamu demi sebuah waktu—
yang sempat kau luangkan bersamaku.
Karena tidak ada sesuatu yang lebih,
dibandingkan dengan saat-saat dimana
kita sempat bercerita dan bercanda— berdua.

Kini, aku tengah duduk sendiri di kamarku.
Bintang-gemintang pun bertaburan pada dinding,
hingga aku terjaga sepanjang malam— yang begitu panjang.
Perlahan kutahan nafas, kupejamkan mata, dan
akhirnya aku bermimpi menyenangkan tentangmu.

Lalu, aku duduk di luar, — dan melihat jernihnya terbit fajar.
Aku memandang sejauh mata memandang.
Aku tak dapat mencari (melihatmu) di sana,
Namun, pada saat itu;
Aku mendengar seseorang bersenandung…
Kemudian kita bersenandung bersama.

Copyright©Erick Hidayat