Deu Di Ujung Sajadah Usang

DEBU DI UJUNG SAJADAH USANG
Oleh Vii Pagurawan

Seberkas cahaya malam telah masuk ke sela ruang
kesunyian,aku di situ tak tahu entah esok mentari
akan menyapa ku di ujung malam?,di samping
sajadah usang aku rebah di tengah mimpi yang penuh
bayangan ketakutan,bak sekujur bangkai yang di perhatikan gagak di atas pohon mati,menatap penuh dengan keganasan,aku bagai kan pecundang yang
terkapar di atas pasir tandus yang selalu
menjerumuskan kebaikan dengan sejuta kenikmatan
dunia,tiga orang bocah lugu yang di te***jangi ke
bodohan duduk tunduk menanti sapaan dari sang
dunia agar mengangkat jasad di ujung neraka,terkadang aku tak mengerti betapa neraka
yang terindah di mata para pecundang pembuat
kesengsaraan.

Tak terasa sang embun sudah menyapa tuk pamit
pulang,dan matahari sudah duduk di atas kepala
sembari tertawa dan berkata "kau bagai debu di sajadah yang usang",mungkin aku tak mengerti apa
maksud nya tapi aku sadar betapa bangga nya aku
selama ini bermain dengan dosa,dan di saat ini aku
mulai merasa kan betapa pedih semua kenikmatan
yang aku halal kan,dan setelah ini sajadah usang juga
lah menyampai kan kepada ku di dalam mimpi tentang tiada kuasa melainkan nikmat dari Tuhan.

Dan di samping sajadah usang tempat aku menempuh
mimpi,aku bersumpah kan memulai cerah mentari ini
dengan senyuman sejuta kebaikan agar neraka
berlalu menjauh dari insan yang sadar dengan dosa.